Oleh : Farah Aulia, S.Psi
Tari, anak perempuan berusia 10 tahun, tidak berbicara dengan guru dan teman-temannya selama di sekolah. Setiap waktu istirahat, Tari tidak pernah keluar kelas. Ia hanya duduk di kursinya sambil memandangi teman-temannya yang bermaian di luar kelas. Menurut gurunya, sejak kelas 1, Tari sudah menunjukkan perilaku sangat pemalu, pendiam, jarang sekali berinteraksi dengan teman-temannya yang lain dan jika ditanya atau diajak bicara oleh orang lain dia tidak menjawab. Kalau pun Tari menjawab, hanya dengan gerakan bibir atau suara yang sangat lirih. Menurut orangtuanya, saat dirumah, Tari terlihat biasa-biasa saja. Ia dapat berbicara dengan lancar dengan anggota keluarganya di rumah. Ia bahkan juga bisa berteriak-teriak, tertawa, berbicara dengan lancar saat bermain dengan teman rumahnya. Namun saat disekolah, Tari berubah menjadi anak yang sangat pendiam. Perkembangan bicara Tari normal, dan ia pun tidak pernah mengalami sakit parah yang membuat organ yang berkaitan dengan pendengaran atau bicaranya terganggu.
Pengertian Mutisme Selektif (Selective Mutism)
Berbicara merupakan sarana untuk berkomunikasi yang penting bagi kehidupan sosial anak karena melalui berbicara anak memperoleh tempat di dalam kelompok sosialnya. Namun pada anak tertentu, berbicara pada situasi/ tempat, atau dengan orang tertentu menjadi suatu hal yang membuat mereka merasa tidak nyaman, takut atau bahkan cemas, sehingga mereka menolak untuk melakukannya. Kondisi ini kemudian didefinisikan sebagai Mutisme Selektif.
Mutisme Selektif (MS) adalah gangguan dimana anak mengalami kegagalan yang persisten (menetap) untuk berbicara pada suatu situasi sosial tertentu (misalnya : disekolah) diluar kemampuan untuk berbicara dan memahami bahasa diucapkan. Misalnya, anak dengan gangguan MS secara khusus dapat berbicara dengan lancar dengan orangtua atau saudaranya di rumah, namun menolak/tidak mau berbicara dengan guru atau teman sebaya ketika dia memasuki sekolah. Kriteria diagnosis untuk menentukan gangguan ini berdasarkan DSM-IV TR, yaitu :
Kegagalan berbicara pada situasi sosial tertentu namun dapat berbicara pada situasi yang lain.
Gangguan ini mempengaruhi akademis
Durasi dari gangguan minimal 1 bulan (tidak termasuk bulan pertama saat awal masuk sekolah dimana anak biasanya malu dan menolak untuk berbicara)
Kegagalan berbicara bukan disebabkan kurangnya pengetahuan atau pemahaman terhadap bahasa yang digunakan dalam situasi sosial .
MS terjadi pada situasi dimana anak dituntut untuk mampu berbicara, seperti sekolah atau lingkungan pergaulan. Anak MS mengalami kesulitan untuk merespon atau memulai komunikasi dalam situasi sosial karena rasa takut dan cemas untuk melakukannya. Rasa takut atau cemas ini diekspresikan dalam bentuk yang berbeda-beda. Pada sebagian anak, ada yang menjadi sama sekali membisu atau tidak berbicara pada siapapun di situasi sosial, sedangkan yang lain mau berbicara hanya pada orang-orang tertentu atau berbicara dengan suara yang sangat pelan atau berbisik.
Bentuk Perilaku Anak MS
Anak MS menunjukkan tampilan sebagai anak yang sangat pemalu, ketakutan akan dipermalukan dalam situasi sosial, pencemas, terisolasi secara sosial, cenderung temper tantrum, berprilaku oppositional,moody, agresif, keras. Diluar berkomunikasi dengan verbalisasi standar, anak dengan gangguan ini mungkin akan berkomunikasi dengan gestures, mengangguk atau menggelengkan kepala, mendorong atau menarik, atau pada beberapa kasus dengan kata-kata tunggal, pendek dan tanpa suara.
Prevalensi terjadinya gangguan ini cukup kecil, berkisar antara 1-2 % dan data ini pun didapatkan dari hasil penelitian di luar negeri. Mutisme selektif umumnya lebih banyak terjadi pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki dengan rasio 3 : 1.
Penyebab
Dari beberapa literatur yang ada, penyebab dari gangguan ini belum jelas. Para ahli terdahulu mengaitkan SM sebagai respon dari masalah atau kesulitan yang terjadi dalam keluarga hasil dari gangguan artikulasi atau reaksi terhadap trauma. Reaksi terhadap kejadian besar dalam hidup atau trauma juga disebutkan menjadi faktor penyebab yang potensial, namun tinjauan utama dari anak MS mengindikasikan bahwa tekanan psikologis juga dapat berpengaruh. Selain itu kekerasan dan trauma cukup jarang menjadi faktor yang dihubungkan dengan perkembangan gangguan . Beberapa teori mengaitkan gangguan MS ini dengan latar belakang keluarga. Gilberg dan Gilberg (dalam Kumpulainen, 1998) melaporkan MS dapat disebabkan karena ibu yang over protektif, anak yang sering ditinggalkan sendiri pada usia awalnya dan lebih sering bermain sendiri sebagai seorang anak kecil. Anak MS juga dilaporkan berasal dari 2 keluarga orangtua yang mengalami permasalahan perkawinan yang mendekati perceraian (Kumpulainen, 1998). Selain itu, Black & Uhde (1995) melaporkan bahwa sejarah keluarga yang berkaitan dengan gangguan kecemasan juga tercatat mempengaruhi anak MS, dari 30 sampel anak ditemukan 70 % berasal dari keluarga yang menunjukkan gejala pobia sosial dan MS tercatat pada 37 % keluarga.
Efek dari gangguan Mutisme Selektif
Mutisme selektif juga dikatakan sangat dekat hubungannya dengan gangguan kecemasan dan sebagai bentuk varian dari social phobia.
Dampak negatif dari gangguan mutisme selektif antara lain :
1. MS membuat kesempatan anak untuk berinteraksi menjadi terbatas, keterlambatan dalam perkembangan kemampuan bahasa dan mengurangi keterlibatan dalam aktivitas sehari-hari di sekolah dengan murid yang lain .
2. mempengaruhi prestasi akademis, karena guru mengalami kesulitan untuk menilai kemampuan dan pemahaman terhadap materi karena anak mutisme selektif yang tidak mau berbicara.
3. membuat gangguan kecemasan menjadi semakin memburuk
4. menjadi depresi dan memunculkan gangguan kecemasan lainnya
5. penghargaan diri dan percaya diri rendah
6. Menolak sekolah (school refusal), prestasi belajar rendah dan kemungkinan berhenti sekolah
7. menjadi underachievement secara akademis dan di tempat kerja